Minggu, 21 April 2013

BATUAN NON SILIKAT





1.   Batu Gamping
         Batu gamping atau batu kapur adalah batuan fosfat yang merupakan batuan sedimen karbonat yang terdapat di alam yang terbentuk akibat proses sedimentasi organis, kimiawi maupun mekanis, dimana dalam keadaan murni sebagai kristal-kristal kalsit (CaCO3). Perlapisan batu gamping hampir murni terdiri dari kalsit, dan pada perlapisan yang lain terdapat sejumlah kandungan silt atau clay yang membantu ketahanan dari batu gamping tersebut terhadap cuaca. Sedangkan lapisan gelap pada bagian atas mengandung sejumlah besar fraksi dari silika yang terbentuk dari kerangka mikrofosil, dimana lapisan pada bagian ini lebih tahan terhadap cuaca. Batu gamping pada umumnya adalah bukan terbentuk dari batuan sediment seperti yang kita kira, tidak juga terbentuk dari clay dan sand, terbentuk dari batu-batuan bahkan juga terbentuk dari kerangka calcite yang berasal dari organisme microscopic di laut dangkal.
Sebagian Batu gamping dapat terlarutkan oleh air hujan lebih mudah dibandingkan dengan batuan yang lainnya. Hal ini dikarenakan, air hujan mengandung sejumlah kecil dari karbon dioksida selama perjalanannya di udara, dan hal tersebut yang mengubah air hujan tersebut menjadi bersifat asam. Dan Kalsit adalah sangat reaktif terhadap asam. Jadi hal tersebut yang bisa menjelaskan mengapa goa-goa bawah tanah cenderung untuk terbentuk pada daerah yang banyak mengandung batu gamping, dan juga bisa menjelaskan mengapa bangunan bangunan yang terbuat dari bahan batu gamping rentan terhadap air hujan yang mengandung asam. Jika kita lihat pada daerah daerah tropis , batu gamping terbentuk menjadi batuan yang kuat membentuk sejumlah pegunungan-pegunungan batu gamping yang indah. Dibawah pengaruh pressure yang tinggi, batu gamping termatomorfosakan menjadi batuan metamorf marble. Pada kondisi tertentu, kalsit yang terdapat di dalam batugamping teralterasi menjadi dolomite, berubah menjadi batuan dolomite. Bahan tambang ini biasanya digunakan sebagai bahan baku terutama dalam pembuatan semen abu/portland (biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester), industri keramik, obat-obatan, dll. Kita dapat mengetahui penyusun batu gamping, sebagaimana menurut Tucker (1991), komponen penyusun batu gamping dapat dibedakan berdasar atas non skeletal grain, skeletal grain, matrix dan semen.
1. Non Skeletal grain, terdiri dari :
a. Ooid dan Pisoid :  Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang memiliki satu atau lebih struktur laminasi yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran kuarsa (Tucker, 1991). Ooid memiliki ukuran butir <> 2 mm maka disebut pisoid.
b. Peloid:  Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau merincing yang disusun oleh mikrit dan tanpa struktur internal dan juga memiliki ukuran peloid antara 0,1 – 0,5 mm. Kebanyakan peloid ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet (Tucker 1991).
c. Agregat dan Intraklas:  Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemenkan bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut atau tidal flat (Tucker,1991).

2. Skeletal Grain
Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun 
         Batuan karbonat yang terdiri dari seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping (Boggs, 1987). Komponen cangkang pada batu gamping juga merupakan penunjuk pada distribusi invertebrata penghasil karbonat sepanjang waktu geologi (Tucker, 1991).
3. Lumpur Karbonat atau Mikrit
Mikrit merupakan matriks yang biasanya memiliki cirri berwarna gelap. Pada batu gamping hadir sebagai butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer. Pada studi mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya ukuran kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang berbentuk planar, melengkung, bergerigi ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar (Tucker, 1991).
4. Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika, oksida besi ataupun sulfat.
Dalamduniakarbonat, adabeberapa mineral pentingdanumumdidapatidalambatuankarbonat, ataudalambahasalainnyabatugamping.Mineral inisangatpentinguntukdipelajarikalauAndasekalianinginmendalamiduniakarbonat.Atausetidaknyaakanberhadapandengankarbonat di lapanganbaikdalamstudikuliahlapanganataupunpemetaangeologi.
1. Aragonite (CaCO3)
Kristal Orthorombik, mineral karbonat yang paling labil, berbentukjarumatauserabut, umumnyadiendapkansecarakimiawilangsungdaripresipitasi air laut.
2. Kalsit (CaCO3)
Kristal Hexagonal, mineral batuankarbonat yang lebihstabil, biasanyamerupakanhablurkristal yang bagusdanjelas. Dijumpaisebagaihasildarirekristalisasi Aragonite, sertasebagai semen pengisiruangantarbutirdanrekahan.Sangatumumdijumpaidalambatugamping.
3. Dolomit (CaMg (CO3)2)
Mineral inimiripbangetsama mineral kalsit, namunsecarapetrografismemilikiindeksrefraksi yang berbeda. Mineral inibisaterjadilangsungkarenapresipitasi air laut, tepilebihseringnyakarena replacement mineral kalsit.
4. Magnesit (MgCO3)
Kristal Hexagonal, dapatterjadiakibatpergantian mineral kalsitdandolomit, namunseringterjadiakibatdarirombakanbatuan yang memilikikandunganmagnesiunsilikat.
Terdapat mineral-mineral karbonatlainnya yang sengajatidakdijelaskankarenakurangmemilikiartipenting, yaitu: Siderit, Ankerit, Rodokrosit, dansebagainya.


2.   Batu Gipsum
Gipsum tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan Saltstone, batuan ini terbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap. Tekstur dari batuan ini juga berupa kristalin.








3.   Dolostone
         Dolostone adalah batuan sedimen karbon yang banyak mengandung mineral dolomit. Dolostone juga disebut sebagai batu kapur magnesian.
Kebanyakan dari dolostone terbentuk dari magnesium pengganti batu kapur atau lumpur kapur sebelum litifikasi. Batu ini tahan terhadap erosi, dan sulit untuk larut dalam air yang sedikit asam.





4.   Batu Garam (Saltstone)

      Saltstone terdiri dari mineral halite (NaCl) yang terbentuk karena adanya penguapan  yang biasanya terjadi pada air laut. Tekstur dari batuan ini berbentuk kristalin.
Batu tersebut adalah batu garam atau yang sering dikenal sebagai rock salt dan termasuk ke dalam batuan sediment. Batu garam  ini terbentuk dari kumpulan mineral yang sering disebut halite. Mineral halite mempunyai rumus kimia NaCl. Akan tetapi batu garam bisa juga mengandung pengotor-pengotor dan umumnya yang berasosiasi dengan batu garam tersebut adalah anhydrite (CaSO4), gypsum (CaSO4.2H2O), dan juga sylvite (KCl).
Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari penguapan air yang mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion Na+ (Sodium) dan Cl- (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah danau yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang relative tertutup, daerah estuarine yang ada di daerah arid, daerah-daerah di dekat laut seperti lagoon dan lain-lain.
Pada jaman dulu dalam skala waktu geologi, sejumlah air yang sangat besar seperti misalnya Laut Mediterania atau laut yang mampu memasuki cekungan Michigan di Era Paleozoic (600-230 juta tahun yang lalu) menguap dan menghasilkan sedimen batu garam yang sangat tebal dan luas.
Beberapa teori menjelaskan terbentuknya batu garam yang ada di cekungan Michigan. Salah satunya adalah siklus garam dimana banyak dipengaruhi oleh proses penguapan dan pengendapan garam akibat hilangnya sejumlah air laut yang tidak dapat menahan ion-ion garam yang ada dalam larutan seperti yang dijelaskan sebagai berikut:
  • Pada jaman Kambrium dan Ordovician (600-500 juta tahun yang lalu) cekungan Michigan mulai terbentuk. Pada jaman Silur (425 juta tahun yang lalu), batu gamping (limestone) mulai diendapkan di cekungan Michigan. Dengan bertambah besarnya kecepatan penurunan cekungan di Michigan pada jaman ini, sejumlah terumbu karang (coral reef) terbentuk dan terumbu-terumbu tersebut menjadi semacam penghalang (barrier) sehingga membatasi aliran air laut.
  • Dengan dibantu oleh kondisi iklim daerha tersebut yang arid, maka sinar matahari dan temperatur yang cukup panas menyebabkan air yang ada di cekungan Michigan menguap .
  • Karena semakin banyaknya air yang menguap, maka air yang tersisa tidak dapat menahan garam yang ada di larutan sehingga garam-garam tersebut mulai diendapkan dan jatuh ke dasar laut.
  • Oleh karena air laut yang mampu masuk ke cekungan Michigan semakin banyak maka siklus di atas terulang kembali dan terjadi lagi seterusnya sehingga garam yang diendapkan semakin tebal.
Inilah kenapa Michigan menjadi salah satu negara bagian yang menghasilkan dijumpai batu garam dan menjadi salah satu penghasil garam terbesar di Amerika. Proses pembentukan garam yang terjadi sekarang juga bisa dijumpai di beberapa tempat di dunia seperti di Laut Mati (Dead Sea) di Jordan dan Israel.
Nah kalo kita sudah mulai mengerti bagaimana batu garam terbentuk sekarang bagaimana kubah garam terbentuk? Apakah ada hubungannya dengan batu garam yang terbentuk? Sebenarnya proses terbentuknya adalah sama akan tetapi karena bentuknya yang seperti kubah (dome) maka sering disebut kubah garam (salt dome) seperti yang banyak dijumpai di Teluk Meksiko dan Timur Tengah. Dan untungnya lagi banyak minyak bumi dan gas yang ditemukan di dekat salt dome tersebut. Nah bagaimana batu garam tersebut berubah bentuknya menjadi kubah dan tidak berlapis seperti layaknya batu sedimen?
Kubah garam (salt dome) terbentuk karena lapisan garam yang sangat tebal yang terbentuk dari mineral halite, menerobos batuan yang ada di atasnya sehingga membentuk seperti kubah. Dalam skala waktu geologi (jutaan tahun yang lalu), batu garam yang terbentuk akan tertutupi oleh sedimen di atasnya dan terkubur dalam bumi. Oleh karena berat jenis garam yang relatif lebih kecil (2.16 gr/cc) dibandingkan material di sekelilingnya termasuk sedimen di atasnya (biasanya lebih besar dari 2.4 gr/cc) maka mineral garam tersebut mempunyai kecenderungan untuk menerobos batuan di atasnya. Contoh dari kubah garam ini adalah Avery Island di Lousiana dan Pegunungan Zagros. Pada saat mineral-mineral garam tersebut mencoba menerobos batuan di atasnya, batuan-batuan di atasnya akan sedikit terlipat dan akan membentuk jebakan dimana minyak bumi dan gas akan berakumulasi. Bahkan tidak jarang pula mineral garam tersebut mampu menerobos sampai ke permukaan atau menerobos lantai samudera jika mineral garam tersebut ditemukan di lautan (offshore).
Pada saat bagian atas dari garam tersebut kontak dengan air laut maka garam tersebut mulai melarut dan kadang-kadang meninggalkan bentuk depresi atau runtuhan di sekelilingnya dan kadang pula rekahan tersebut menyebar dari pusat. Rekahan tersebut kemudian berkembang menjadi patahan dan akhirnya patahan tersebut bisa menjadi jalan untuk fluid berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.  Fenomena seperti ini banyak dijumpai di Teluk Meksiko dan Timur Tengah dimana pembentukan salt dome ini sangat menguntungkan untuk minyak bumi dan gas dapat berakumulasi.







Marmer
        Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap ada batu marmer akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang tinggi. Di Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak, seperti dapat dilihat pada. Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung. Ditemukan di gunung Jokotuwo, Bayat, Klaten.
Serpentinit

   Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar